Studi Ahli, Inilah Adat Istiadat Asli di Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat

Diposting pada

Salam Asli Minang

Sanak sadonyo, bersama ini kami sampaikan tentang bagian asli yang selama ini jadi rahasia dan jarang diketahui.

Kota Payakumbuh, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, terkenal dengan kekayaan adat dan budayanya yang masih kental.

Seperti banyak daerah lain di Minangkabau, masyarakat Payakumbuh menjalankan berbagai adat istiadat yang diwariskan turun temurun.

Namun, tidak semua adat tersebut sesuai dengan ajaran agama, terutama Islam yang merupakan agama mayoritas di daerah ini.

Dalam artikel ini, kita akan membahas adat yang cocok dan tidak cocok dengan agama di Kota Payakumbuh.

Adat yang cocok dengan agama biasanya adalah adat yang mengandung nilai-nilai moral dan etika yang sejalan dengan ajaran Islam.

Salah satu contoh adalah tradisi “Gotong Royong” yang merupakan budaya saling membantu dalam berbagai kegiatan sosial.

Nilai kebersamaan dan tolong-menolong ini sangat sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk saling membantu dalam kebaikan.

Tradisi “Badoncek” atau sumbangan sukarela juga merupakan adat yang sesuai dengan ajaran agama.

Dalam berbagai acara seperti pernikahan atau kematian, masyarakat secara sukarela memberikan sumbangan berupa uang atau bahan makanan.

Praktik ini sejalan dengan konsep sedekah dalam Islam yang sangat dianjurkan untuk membantu sesama.

Selain itu, tradisi “Balimau” atau mandi besar menjelang bulan Ramadan adalah adat yang sangat cocok dengan agama.

Balimau dilakukan sebagai bentuk pembersihan diri, baik secara fisik maupun spiritual, sebelum memasuki bulan suci Ramadan.

Adat ini mengandung nilai kebersihan dan persiapan spiritual yang sangat relevan dengan ajaran Islam.

Adat “Baralek Gadang” atau pesta pernikahan adat Minangkabau juga mencerminkan keselarasan antara adat dan agama.

Dalam upacara pernikahan ini, terdapat serangkaian prosesi adat yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan agama Islam, seperti akad nikah yang dipimpin oleh penghulu.

Adat ini menunjukkan bagaimana budaya dan agama dapat berjalan beriringan.

Adat “Bakar Tongkang” yang merupakan ritual untuk mengusir roh jahat dan mendatangkan keberuntungan juga dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Ajaran Islam melarang segala bentuk takhayul dan syirik, sehingga adat ini mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat yang ingin lebih mendalami agama.

Adat “Manjalang Mintuo” atau kunjungan kepada mertua setelah menikah adalah contoh lain dari adat yang disesuaikan dengan ajaran Islam. Tradisi ini diperkuat dengan nilai-nilai Islam seperti menghormati orang tua dan mempererat silaturahmi. Unsur-unsur yang tidak sesuai dengan Islam mulai dihilangkan dalam pelaksanaan adat ini.

Upaya melestarikan adat yang sesuai dengan agama juga terlihat dalam pendidikan. Banyak sekolah di Payakumbuh yang mengajarkan adat Minangkabau dengan pendekatan islami. Siswa diajarkan untuk menghormati adat, namun tetap berpegang pada nilai-nilai Islam dalam pelaksanaannya.

Tradisi “Batagak Penghulu” atau pengangkatan pemimpin adat kini lebih banyak melibatkan ulama dan tokoh agama.

Tujuannya adalah memastikan bahwa pemimpin adat yang dipilih tidak hanya memahami adat, tetapi juga taat pada ajaran Islam. Perubahan ini mencerminkan usaha masyarakat untuk menjaga keseimbangan antara adat dan agama.

Pengaruh Islam juga sangat kuat dalam adat “Baralek Gadang”. Dalam pesta pernikahan adat Minangkabau ini, serangkaian prosesi adat dilaksanakan sesuai dengan tuntunan agama Islam, seperti adanya akad nikah yang dipimpin oleh penghulu. Ini menunjukkan sinergi antara budaya dan agama yang harmonis.

Adat yang Sesuai dengan Ajaran Agama

  • Gotong Royong: Semangat gotong royong sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Payakumbuh. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya kerjasama dan saling membantu.
  • Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah: Prinsip ini menjadi pedoman utama dalam kehidupan masyarakat Payakumbuh, di mana adat istiadat harus selaras dengan ajaran agama Islam.
  • Hormat kepada Orang Tua dan Sesepuh: Masyarakat Payakumbuh sangat menjunjung tinggi penghormatan kepada orang tua dan sesepuh. Nilai ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk berbakti kepada orang tua.
  • Upacara Pernikahan yang Sederhana: Pernikahan di Payakumbuh umumnya dilaksanakan dengan sederhana dan sesuai dengan ajaran Islam.
  • Kesenian Tradisional: Kesenian tradisional seperti talempong dan saluang seringkali digunakan dalam acara adat dan keagamaan, menjadi media dakwah yang efektif.
  • Ziarah Kubur: Ziarah kubur merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang jasa para leluhur dan memotivasi diri untuk berbuat baik.
  • Silaturahmi: Membina hubungan baik dengan sesama merupakan bagian penting dari ajaran Islam dan sangat dihargai dalam masyarakat Payakumbuh.

Adat yang Perlu Disesuaikan dengan Ajaran Agama

  • Ritual-ritual Animisme: Beberapa ritual adat masih mengandung unsur-unsur animisme yang bertentangan dengan ajaran Islam.
  • Permainan Judi: Meskipun tidak semua permainan judi dilarang dalam adat, namun Islam secara tegas melarang segala bentuk perjudian.
  • Konsumsi Minuman Keras: Konsumsi minuman keras merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam dan bertentangan dengan nilai-nilai luhur masyarakat Payakumbuh.
  • Poligami yang Tidak Sesuai Syariat: Poligami yang dilakukan tanpa memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam dapat menimbulkan masalah sosial.
  • Pernikahan Dini: Pernikahan dini dapat berdampak negatif bagi kesehatan reproduksi dan psikologis anak, sehingga perlu dicegah.
  • Pergaulan Bebas: Pergaulan bebas yang tidak sesuai dengan norma agama dan sosial dapat merusak generasi muda.
  • Praktik Mistik yang Menyimpang: Praktik mistik yang menyimpang dari ajaran Islam dapat menyesatkan dan merugikan masyarakat.

Upaya untuk Menyesuaikan Adat dengan Agama

Untuk menjaga kelestarian adat istiadat sekaligus menyesuaikannya dengan ajaran agama, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Peningkatan Pemahaman Agama: Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Islam agar dapat membedakan mana adat yang sesuai dan tidak sesuai dengan agama.
  • Dialog Antaragama: Dialog antaragama dapat memperkaya pemahaman tentang berbagai agama dan budaya, sehingga dapat tercipta toleransi dan saling menghormati.
  • Pengembangan Pendidikan Agama: Pendidikan agama sejak dini sangat penting untuk membentuk karakter generasi muda yang berakhlak mulia.
  • Penguatan Peran Tokoh Agama: Tokoh agama memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pencerahan dan bimbingan kepada masyarakat.

Pada akhirnya, masyarakat Payakumbuh terus berusaha untuk menyeimbangkan antara adat dan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya ini tidak selalu mudah, tetapi dengan semangat gotong royong dan saling menghormati, keseimbangan antara adat dan agama dapat tercapai.

Melalui adaptasi dan inovasi, warisan budaya dan nilai-nilai agama bisa terus hidup berdampingan di Kota Payakumbuh.

Demikianlah informasinya, semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan